Sabtu, 09 Maret 2013

Pembahasan Mengenai Takut dan Tamak Pada Uang

Setelah berbincang-bincang panjang antara Robert T Kiyosaki bersama ayah kayanya mengenai uang, ayah kayanya menjelaskan kembali mengenai takut dan tamak alias “dua T” pada uang.

Dalam buku Robert T Kiyosaki (2008 : 38), Rich Dad, Poor Dad, ayah kaya robert menjelaskan bahwa kebanyakan manusia memiliki harga. Dan mereka (dalam hal ini karyawan ayah kaya) memiliki harga karena emosi manusia yaitu emosi ketakutan dan emosi ketamakan.

Ayah kaya (2008 : 38) menjelaskan, bila takut pada hidup tanpa uang maka akan memunculkan motivasi pada diri manusia agar kerja keras. Setelah mendapatkan gaji alias bayaran berupa uang (sebagai pencegah dari rasa takut), tamak berpikir mengajak manusia untuk memulai memikirkan tentang hal-hal yang indah yang bisa dibeli dengan uang.

Sampai akhirnya membentuk pola yaitu “bangun, bekerja, membayar tagihan, bangun lagi, bekerja lagi, membayar tagihan lagi (hampir mirip lagunya mbah surip).  Yang ayah kaya sebut sebagai Perlombaan Tikus.

Seperti kita ketahui, banyak orang yang berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan. Itu lebih dikarenakan emosi takut yang menguasainya. Bila memang cari kerja bukan karena takut, berarti cari kerja adalah kebutuhan yang penting.

Bila memang cari kerja adalah kebutuhan yang penting bukan karena takut, bagaimana bila memang tidak diterima lamaran kerjanya atau tidak diterima wawancara kerjanya? Apakah kecewa atau bagaimana? Yang pastinya bayangan-bayangan hidup tanpa uang akan menghantui pikiran orang yang belum dapat kerja.

Mencari pekerjaan adalah mencari hal-hal yang pasti. Pasti terbayar tiap bulan dan pasti mendapat jaminan berupa asuransi, dll. Sehingga hal-hal yang pasti itu sebagai obat dari bayangan menakutkan karena tidak mendapat uang.

Kenapa tidak membangun bisnis saja bila memang tidak mendapat kerja? Itu lebih baik kan? Tetapi karena memang membangun bisnis bukan hal yang pasti penuh bayangan-bayangan yang menakutkan seperti bangkrut, modal banyak, saingan, sehingga tidak memilih di jalur bisnis.

Andai saja mencari kerja bukan karena takut tidak punya uang, kenapa tidak bekerja seperti biasa saja seperti aktifitas blogger atau aktifitas yang bermanfaat lain yang sekiranya suatu saat bisa mendatangkan uang (kerja aset)?

Setelah mendapat pekerjaan, maka bayangan-bayangan indah mulai menggoda emosinya. Sehingga muncullah sikap tamak. Banyak para pekerja yang sudah mendapat gaji menggunakan gajinya untuk membeli ini dan membeli ini yang sifatnya konsumtif.

Setelah akhirnya gaji kerja tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja lagi karena rasa tamak membuat tidak bisa mengontrol keuangan, muncul rasa harap untuk mendapat kenaikan gaji, atau membuat kegiatan curang sebagai tambahan penghasilan, dll.

Sehingga akhirnya terperangkap dalam Perlombaan Tikus. Artinya, tidur, bangun, kerja, bayar tagihan, tidur lagi, bangun lagi, kerja lagi, bayar tagihan, dan seterusnya begitu seumur hidup.

Selusinya adalah keluar dari Perlombaan Tikus dengan menginvestasikan waktu dan uang untuk pendidikan uang.

Referensi: Robert T Kiyosaki, Rich Dad, Poor Dad, Terj, Gramedia, Jakarta, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar