Kamis, 07 Maret 2013

Uang Kerja Vs Kerja Uang

Robert Kiyosaki (2008 : 30) berkata,

“Ayah saya yang berpendidikan tinggi merekomendasikan agar saya melakukan apa yang telah dia lakukan. ‘Nak, saya ingin kamu belajar keras, memperoleh angka dan rangking yang baik, sehingga kamu bisa mendapatkan sebuah pekerjaan yang aman dan terjamin di sebuah perusahaan besar. Dan pastikan itu  mempunyai keuntungan yang luarbiasa.’”

Nasehat ayah miskin (ayah kandung Robert Kiyosaki) adalah versi pendidikan yang diajarkan di sekolah (sekolah dan kuliah).

Di dalam kegiatan sekolah, sekolah hanya mengajarkan bagaimana menjadi pinter mengenai keterampilan kerja, menyuruh siswa mendapatkan nilai bagus agar dapat melanjutkan sekolah lebih tinggi yang terbaik dan mendapat beasiswa.

Intinya adalah sekolah hanya mengajarkan uang kerja alias uang hasil kerja.

Jika anda ingin belajar untuk bekerja demi uang, maka lebih baik anda rajin-rajin belajar di sekolah. Karena pelajaran sekolah pun sudah cukup menyediakan ilmu kesiapan kerja.

Di satu sisi ayah kaya Robert Kiyosaki menginginkan hal yang bertentangan dengan yang diajarkan di sekolah.

Robert berkata (2008 : 30), Ayah saya yang kaya menginginkan saya untuk belajar tentang bagaimana uang bekerja sehingga saya dapat membuat uang itu bekerja untuk saya. Pelajaran ini akan saya pelajari lewat hidup dengan bimbingannya, bukan karena ruang kelas.”

Nasehat ayah kaya (ayah palsu) Robert adalah versi pendidikan kehidupan. Artinya segala kejadian bisa menjadi pelajaran dan kejadian itu bukan pemikiran atau teori belaka tetapi benar-benar riil.

Jika anda ingin belajar bagaimama memiliki uang yang bekerja untuk anda, maka belajarlah pada yang sudah berpengalaman berhasil dan gagal dalam hal ini sambil tetap sekolah dengan rajin. Karena Robert Kiyosaki pun belajar kerja uang sambil sekolah sampai sarjana.

Begitu juga Robert memilih untuk belajar kerja uang. Karena memiliki dua pandangan yang berbeda, maka mau tidak mau Robert memilih salah satu jalan. Jalan Robert yang ditempuh adalah jalan ayah kaya Robert. Pemilihan ini pun didasarkan pada puisi Robert Frost. Bila diterjemahkan akan seperti ini (2008 : 7).

Jalan Yang Tidak Kutemuh
Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan,
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Ke mana keloknya mengarah di balik semak belukar;

Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus,
Karena jalan itu segar adan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Juga telah merundukkan rerumputannya,

Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik.
Oh, kusimpan jalan pertama untuk kali lain!
Meski tahu semua jalan berkaitan
Aku ragu akan pernah kembali.

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku---
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya.


By. Robert Frost [1916]

Jika ada orang yang bertanya, “kenapa orang berpendidikan tinggi tidak bisa kaya?” maka jawabanya darimana dulu ia bekerja? Apakah uang kerja atau kerja uang?

Seperti yang sudah saya alami, sekolah (sekolah dan kuliah) tidak pernah mengajari mengenai bagaimana membangun sistem menghasilkan uang atau uang itu bekerja untuk menghasilkan uang.

Sekolah hanya mengajari saya untuk siap menjadi tenaga kerja. Itu sebabnya sekarang penuh sesak orang-orang yang mencari kerja tanpa diimbangi lapangan pekerjaan yang mencukupi. Sempitnya lapangan pekerjaan karena memang tidak ada skil membangun bisnis.

Waktu saya kuliah, memang ada materi kewirausahaan tetapi materinya cuma bermain teori saja tidak ada pembahasan yang lebih ril.

Atau bila ingin diajarkan mengenai kerja uang maka harus sekolah pada jurusan bisnis dan investasi, mungkin.

Sehingga bagi orang seperti saya yang tidak pernah diajari bisnis dan investasi untuk menguasai rahasia kerja uang, harus membeli buku-buku dan belajar sendiri mulai dari nol.

Referensi: Robert T Kiyosaki, Rich Dad, Poor Dad, Terj, Gramedia, Jakarta, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar