Rabu, 06 November 2013

Kegagalan pada Bisnis Pulsa, Jusuf Kala Memberi Nasehat

Bisnis Pulsa
Jakarta – Dalam salah satu acara d’preneur, seorang peserta yang sebagai pebisnis pulsa curhat kepada Jusuf Kalla. Siapa yang tidak kenal Jusuf Kalla (JK)? Pastinya banyak yang tahu tentang Jusuf Kalla? Nah, ia salah satunya adalah seorang pebisnis sukses sehingga seorang peserta dari acara tersebut curhat mengenai kegagalan pada bisnis pulsanya agar mendapat pencerahan.

Pebisnis pulsa itu bercerita bahwa kegagalan alias kebangkrutan bisnis pulsa pertama karena pembeli yang menghutang pulsa tidak membayar lagi. Entah karena memang si pebisnis pulsa baik hati ataukah karena si pembeli pulsa yang tidak peduli sama si penjual pulsa. Di samping pembeli tidak ada yang peduli membayar, si pebisnis pulsa pun tidak tega menagih hutang.

Point pertama kegagalan bisnis pulsa adalah tidak enak menagih hutang. Dalam bisnis, bila pembeli memiliki hutang maka berhak untuk menagih dan bahkan wajib untuk menagih sampai si pembeli membayar hutang pulsa. Jangan sampai bisnis merugi gara-gara tidak ada yang bayar.

Bila tidak ada kas masuk maka tidak ada perputaran biaya. Dan berbahaya bagi bisnis pulsa atau bisnis lainnya kalau tidak ada perputaran biaya. Bila terjadi macet dalam modal bisnis gara-gara banyak penghutang yang tidak membayar hutang pembelian pulsa maka sama saja membunuh bisnis pulsa itu sendiri.

Ketika menerapkan sistem hutang pada bisnis pulsa atau bisnis lainnya, maka ini harus benar-benar memerlukan kesiapan mental untuk menagih hutang, tidak peduli ke saudara atau ke teman dekat. Hutang, ya harus bayar.

Bila tidak tega menagih hutang kepada si penghutang, maka akan membunuh bisnis pulsa itu sendiri. Sebaiknya jangan menerapkan sistem hutang kalau tidak tega menagih hutang.

Kegagalan bisnis pulsa yang kedua adalah karena si pebisnis mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu dikerjai sama teman-temannya yang membeli secara serentak. Kenyataannya, pembelian pulsa itu dianggap sebagai hadiah ulang tahun untuk teman-temannya. Tentu, bisnis pulsa pun gagal. Bila sudah gagal pastinya ada rasa tidak enak hati apalagi sudah gagal dua kali.

Si pebisnis pulsa tidak memiliki rencana kerja penjualan produk. Atau mungkin memiliki rencana kerja penjualan produk pulsa tetapi masih dalam kuasa jalinan emosional pertemanan dan persaudaraan sehingga tentu rencana kerja yang disiapkan tidak ada gunanya.

Para pebisnis sukses mengatakan bahwa bisnis adalah bisnis, saudara adalah saudara. Jangan campurkan bisnis dengan persaudaraan atau pertemanan. Maksudanya adalah bahwa ini sebagai manajemen kontrol agar tidak membuat gagal alias bangkrut sebuah bisnis. Bukan tidak memiliki rasa tidak peduli tetapi peduli sama teman atau saudara ada tempatnya lagi yang berbeda bukan di tempat bisnis. Kalau bisnis bangrut, yang enak teman atau saudara karena dapet produk bisnis gratis.

Bisnis adalah bisnis artinya saya “jual dengan produk atau jasa dan kamu beli dengan uang”. Tidak peduli siapa anda, bapak, saudara, tuan kalau membeli produk bisnis ya harus bayar dengan uang bukan dengan ucapan terimakasih.

Lalu pebisnis pulsa itu menuturkan alias menceritakan lagi mengenai kegagalan bisnis pulsa, "Ketiga kalinya belajar dari pengalaman, ada pulsa ada uang, tapi malah nggak ada yang beli, dan akhirnya gagal," cerita pebisnis pulsa tersebut.

Nah, dari kasus ini maka si pebisnis pulsa sudah membentuk mental bisnis. Artinya sudah berani memisahkan antara pertemanan dan bisnis. Pebisnis pulsa sudah ada manajemen kontrol untuk meminimalisir kegagalan bisnis.

Tetapi tragis, dengan menerapkan sistem “ada pulsa ada uang” malah tidak laku. Bagaimana ini? Bukan tidak laku tetapi si pebisnis pulsa itu masih saja mengandalkan pasar yang sudah merugikan bisnisnya.

Bila pada teman atau saudara bukan konsumen yang potensial, ya sudah jangan mengandalkan pada wilayah ini. Cari target market yang lain. Hal yang perlu dilakukan pebisnis adalah bila market tertentu tidak membutuhkan produk maka harus berani pindah lokasi atau mikir untuk perbaikan sistem marketing bisnis (bisa dalam nilai tambah) yang kurang mengena di hati market.

Bagaimana tanggapan Jusuf Kala setelah mendengar pengalaman si peserta d’preneur mengenai kegagalan bisnis pulsa?

"Anda masih mau juga bisnis pulsa, sudah gagal ke-4 kalinya? Kalau Anda masih ngotot usaha pulsa, pisahkan kepentingan teman, kepentingan guru, kepentingan keluarga dari kepentingan bisnis, gagal adalah guru terbaik, namanya usaha harus fokus, kalau sudah bisnis ya bisnis jangan takut tagih pulsa karena dia keluarga Anda," jelas Jusuf Kalla.

Memiliki ikatan emosional memang perlu dalam bisnis. Tentunya ini adalah teknik penguasaan hati market alias hati konsumen. Bila kita sudah menjalin ikatan emosional kepada konsumen dalam batas sekedar “konsumen tertarik penawaran produk bisnis” maka akan mengalami kemudahan penjualan dan terus-menerus terjadi penjualan dari konsumen yang sama.

Namun bila ikatan emosional pada konsumen berdampak pada kerugian bisnis maka dalam kasus ini harus ada pengontrolan. Jangan sampai penjualan terjadi dan banyak penjualan tetapi kas masuk tidak sesuai ketentuan atau bahkan tidak ada karena alasan “Tidak tega”, “Peduli” atau lainnya… Pelayanan bisnis harus memuaskan konsumen tetapi harus tegas dalam urusan kas masuk demi perputaran biaya bisnis.

Referensi: Finance.Detik.com : Selasa, 24/09/2013 21:09 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar